Friday, December 13, 2013

Pengertian Ahlussunnah Waljamaah

http://arsipdokumenonline.blogspot.com/2013/12/pengertian-ahlussunnah-waljamaah.html
Kata “Ahlussunnah” terdiri dari dua suku kata yaitu ’ahlu’ yang berarti keluarga, pemilik, pelaku atau seorang yang menguasai suatu permasalahan, dan kata ’sunnah’. Namun bukanlah yang dimaksud disini sunnah dalam ilmu fiqih, yaitu perbuatan yang mendapat pahala jika dilakukan, dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Akan tetapi sunnah adalah apa yang datang dari Nabi baik berupa syariat, agama, petunjuk yang lahir maupun yang bathin, kemudian dilakukan oleh sahabat, tabiin dan pengikutnya sampai hari Kiamat. Dengan demikian definisi Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan sunnah para shahabatnya. Sehingga Imam Ibnul Jauzi berkata,” Tidak diragukan bahwa orang yang mengikuti atsar (sunnah) Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya adalah Ahlus Sunnah” (Lihat Talbisul Iblis hal. 16).

Sedangkan kata ”Al Jama’ah” artinya bersama atau berkumpul. Dinamakan demikian karena mereka bersama dan berkumpul dalam kebenaran, mengamalkannya dan mereka tidak mengambil teladan kecuali dari para sahabat, tabiin dan ulama–ulama yang mengamalkan sunnah sampai hari kiamat. Karena merekalah orang-orang yang paling memahami agama yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Namun yang perlu digaris-bawahi di sini adalah bahwa Al Jama’ah adalah orang-orang yang berada di atas kebenaran, bukan pada jumlahnya. Jumlah yang banyak tidak menjadi patokan kebenaran, bahkan Allah Ta’ala berfirman yang artinya: ”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” [Al An’am: 116]. Sehingga benarlah apa yang dikatakan Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu: “Al-Jama’ah adalah yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendirian” (Syarah Usuhul I’tiqaad Al Laalika-i no. 160). 

Ahlussunnah Waljama’ah adalah orang-orang yang mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya, dan dalam memahami dan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tersebut mereka meneladani praktek dan pemahaman para sahabat, tabi’in dan orang yang mengikuti mereka. Dan makna ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tentang satu golongan yang selamat pada hadits di atas: ”yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para sahabatku dihari ini”. 

Pemahaman Ahlussunnah Waljama’ah Mungkin setelah dijelaskan makna Ahlussunnah Waljama’ah, sebagian orang masih rancu tentang siapakah sebenarnya mereka itu. Karena semua muslim, dari yang paling ’alim hingga yang paling awamnya, dari yang benar hingga yang paling menyimpang akan mengaku bahwa ia berjalan di atas jalannya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Maka dalam kitab Ushul Aqidah Ahlis Sunnah, Syaikh Sholeh Al Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa Ahlussunnah Waljama’ah dapat dikenal dengan dua indikator umum: Ahlus Sunnah berpegang teguh terhadap sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, berbeda dengan golongan lain yang beragama dengan berdasar pada akal, perasaan, hawa nafsu, taqlid buta atau ikut-ikutan saja. Ahlus Sunnah mencintai Al Jama’ah, yaitu persatuan ummat di atas kebenaran serta membenci perpecahan dan semangat kekelompokan (hizbiyyah). Berbeda dengan golongan lain yang gemar berkelompok-kelompok, membawa bendera-bendera hizbiyyah dan bangga dengan label-label kelompoknya. 

Walaupun pada kenyataannya orang-orang yang berpemikiran menyimpang tersebut, seperti Jahmiyah, Qodariyah, Syi’ah dan Khawarij juga sebagian mengaku sebagai Ahlus Sunnah. Sehingga hal ini memicu para Imam Ahlus Sunnah untuk menjelaskan poin-poin pemahaman Ahlus Sunnah, agar umat dapat menyaring pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah. Salah satunya dari Imam Ahlus Sunnah yang merinci poin-poin tersebut adalah Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah dalam kitabnya Ushul As Sunnah. Secara ringkas, poin-poin yang dijelaskan Imam Ahmad tentang pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah diantaranya adalah: 
  1. Beriman kepada takdir Allah 
  2. Beriman bahwa Al Qur’an adalah Kalamullah (perkataan Allah) bukan makhluk dan bukan perkataan makhluk 
  3. Beriman tentang adanya mizan (timbangan) di hari Kiamat yang akan menimbang amal manusia 
  4. Beriman bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla akan berbicara dengan hamba-Nya di hari Kiamat 
  5. Beriman tentang adanya adzab kubur dan adanya pertanyaan malaikat di dalam kubur 
  6. Beriman tentang adanya syafa’at Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bagi ummat beliau 
  7. Beriman bahwa Dajjal akan muncul 
  8. Beriman bahwa iman seseorang itu tidak hanya keyakinan namun juga mencakup perkataan dan perbuatan dan iman bisa naik dan turun. 
  9. Beriman bahwa orang yang meninggalkan shalat dapat terjerumus dalam kekufuran 
  10. Patuh dan taat pada penguasa yang muslim, baik shalih mau fajir (banyak bermaksiat). Selama ia masih menjalankan shalat dan kepatuhan hanya pada hal yang tidak melanggar syariat saja, Tidak memberontak kepada penguasa muslim 
  11. Beriman bahwa tidak boleh menetapkan seorang muslim pasti masuk surga atau pasti masuk neraka 
  12. Beriman bahwa seorang muslim yang mati dalam keadaan melakukan dosa tetap disholatkan, baik dosanya kecil atau besar. 

Telah keliru orang yang membatasi Ahlus Sunnah dengan suatu kelompok atau organisasi tertentu, seperti perkataan: ’Ahlus Sunnah adalah NU’ atau ’Ahlus Sunnah adalah Muhammadiyah’. Telah salah orang yang membatasi Ahlus Sunnah dengan majlis ta’lim atau ustadz tertentu dengan berkata: ’Ahlus Sunnah adalah yang mengaji di masjid A’ atau ’Ahlus Sunnah adalah yang men-gaji dengan ustadz B’. Keliru pula orang yang membatasi dengan penampilan tertentu, misalnya dengan berkata ’Ahlus Sunnah adalah yang memakai gamis, celana ngatung dan berjenggot lebat. Yang tidak demikian bukan Ahlus Sunnah’. Tidak benar pula mem-batasi Ahlus Sunnah dengan fiqih misalnya dengan berkata ’Yang shalat shubuh pakai Qunut bukan Ahlus Sunnah’ atau ’Orang yang shalatnya memakai sutrah (pembatas) dia Ahlus Sunnah, yang ti-dak pakai bukan Ahlus Sunnah’. Dan banyak lagi kesalah-pahaman tentang Ahlus Sunnah di tengah masyarakat sehingga istilah Ahlus Sunnah mereka tempelkan pada kelompok-kelompok mereka untuk mengunggulkan kelompoknya dan berfanatik buta terhadap kelompoknya.

Tulisan dari Drs. H. Amrun Saleh, MA

Thursday, December 5, 2013

Buku Panduan Analisis Belanja Publik

http://arsipdokumenonline.blogspot.com/2013/12/buku-panduan-analisis-belanja-publik.html
Indonesia merupakan negara berkembang terbesar yang memiliki sejarah panjang dalam proses desentralisasi. Sejak kemerdekaan Indonesia, produk perundang - undangan yang mengatur hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintahan di daerah telah mengalami berbagai perubahan sebagai proses pencarian bentuk dan susunan yang tepat dalam sistem hubungan pusat dan daerah.

Desentralisasi Indonesia dimulai pada tahun 1999, pada saat dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan UU nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan daerah. Salah satu penerapan dari desentralisasi Indonesia adalah otonomi daerah. Otonomi daerah di Indonesia merupakan salah satu langkah strategis bangsa Indonesia dalam hubungannya untuk memperkuat basis perekonomian daerah. Melalui otonomi, pemerintah daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar dalam mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka Negara kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab yang jauh lebih besar terhadap proses pembangunan daerah. Salah satu konteks pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah adalah adanya alokasi untuk penyediaan barang publik yang berimplikasi pada meningkatnya pendanaan pemerintah daerah terhadap pembangunan di masing - masing daerah.  Pemerintah daerah memperoleh dana perimbangan daerah yang terdiri dari dana bagi hasil (DBH), dana alokasi umum  (DAU), dana alokasi khusus (DAK), termasuk dana otonomi khusus yang diterima oleh pemerintah provinsi Aceh dan provinsi Papua. Dana tersebut secara riil telah meningkat sebesar lima kali lipat sejak desentralisasi dimulai, tahun 2001. Dengan demikian pemerintah daerah mempunyai kesempatan yang cukup luas untuk mempercepat pembangunan daerahnya.

Besarnya dana transfer dari pemerintah pusat kepada daerah tidak dengan serta merta di imbangi dengan kemampuan pengelolaan keuangan yang lebih baik. Terdapat dua tantangan besar dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu Berbagai penelitian tentang pengelolaan keuangan daerah, menunjukkan bahwa meskipun jumlah pendanaan yang di terima belanja pemerintah belum terbilang efektif dalam mencapai target-target pembangunan yang ingin di tetapkan. Meskipun beberapa capaian pembangunan mencatat perkembangan yang cukup siginifikan seperti imunisasi dan akses terhadap air bersih, beberapa capaian lainnya di bidang pendidikan dan infrastruktur di banyak daerah masih merupakan tantangan. Alokasi belanja daerah belum efektif dalam menjawab berbagai kesenjangan pembangunan. Belanja pegawai secara keseluruhan terhitung sebesar 40 persen dari keseluruhan belanja. Salah satu penyebabnya adalah maraknya pemekaran daerah.

Besarnya belanja aparatur yang mendominasi kapasitas fiskal, menyebabkan terbatasnya belanja untuk meningkatkan pelayanan publik. Belum maksimalnya pembangunan di daerah, tentunya tidak terlepas dari  kualitas perencanaan pemerintah daerah yang belum secara tepat dan proporsional dalam  membelanjakan sumber daya keuangannya. Kualitas perencanaan dalam penganggaran merupakan salah satu pintu utama keberhasilan pelayanan publik. Perencanaan penggunaan sumber daya fiskal yang baik hendaklah berdasarkan suatu hasil kajian atau analisis yang akurat mengenai kebutuhan pembangunan termasuk sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah. Hal ini akan menjawab beberapa tantangan sistem perencanaan seperti seberapa besar sumber daya anggaran yang harus dialokasikan untuk mendukung pencapaian sasaran tertentu dalam konteks efektivitas alokasi dan efisiensi.

Bagi anda yang membutuhkan panduan mengenai analisis belanja publik, silakan unduh file dibawah ini.

Wednesday, December 4, 2013

Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir

http://arsipdokumenonline.blogspot.com/2013/12/Cara-uji-penetrasi-lapangan-dengan-alat-sondir.html
Dalam desain struktur tanah fondasi sering dilakukan analisis stabilitas dan perhitungan desain fondasi suatu bangunan dengan menggunakan parameter tanah baik tegangan total maupun tegangan efektif. Parameter perlawanan penetrasi dapat diperoleh dengan berbagai cara. Dalam melakukan uji penetrasi lapangan ini digunakan metode pengujian lapangan dengan alat sondir (SNI 03-2827-1992) yang berlaku baik untuk alat penetrasi konus tunggal maupun ganda yang ditekan secara mekanik (hidraulik). Peralatan uji penetrasi ini antara lain terdiri atas peralatan penetrasi konus, bidang geser, bahan baja, pipa dorong, batang dalam, mesin pembeban hidraulik, dan perlengkapan lainnya. Mengingat diperlukannya parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan untuk keperluan interpretasi perlapisan tanah dan bagian dari desain fondasi suatu bangunan, perlu disusun revisi standar berjudul “Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir”.

Cara uji ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan dalam uji laboratorium geser dengan cara uji langsung terkonsolidasi dengan drainase pada benda uji tanah. Tujuannya adalah untuk memperoleh parameter-parameter perlawanan penetrasi lapisan tanah di lapangan, dengan alat sondir (penetrasi quasi statik). Parameter tersebut berupa perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf), yang dapat dipergunakan untuk interpretasi perlapisan tanah dan bagian dari desain fondasi. Standar ini diharapkan bermanfaat bagi para laboran atau tenaga teknisi yang berhubungan dengan penyelidikan geoteknik, para pendesain bangunan dan pihak-pihak terkait lainnya.

Untuk mengetahui selengkapnya cara pengujian dengan alat sondir ini, silakan unduh filenya dibawah ini.

Tuesday, December 3, 2013

10 Langkah Menuju Syurga

Rasulullah merupakan teladan terbaik manusia (QS al-Ahzab:21), perkataannya merupakan wahyu dari Allah SWT (QS an-Najm: 3-4) terpelihara dari dosa dan noda (ma’shum), sudah dijamin masuk syurga oleh Allah SWT (QS Al-Fath: 2), mempunyai akhlak yang sangat mulia (QS al-Qalam: 4). Oleh sebab itulah kita patut mencontoh apa yang sudah dilakukan oleh Rasulullah saw.

Langkah pertama menuju syurga adalah senantiasa menjaga amalan wajib diikuti dengan amalan yang sunnah. Di antara amalan ibadah yang wajib adalah salat 5 waktu, dan salat wajib 5 waktu yang lebih utama adalah berjamaah di masjid. Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: “Shalat seorang laki-laki dengan berjamaah dibanding salatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipatgandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan salat berjamaah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan salat, maka malaikat akan turun untuk mendoakannya selama dia masih berada di tempat salatnya, Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan salat.”[HR Al-Bukhari no 131 dan Muslim no 649].

Dari Abu Musa dia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Manusia paling besar pahalanya dalam salat adalah yang paling jauh perjalanannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu salat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” [HR Muslim no 662].

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” [HR Al-Bukhari no 131 dan Muslim no 650].

Langkah kedua adalah salat tahajud, dalam Alquran surat al-Israa ayat 79, Allah SWT berfirman: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji".

Kemudian di dalam hadits Rasulullah saw bersabda: “Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama salat sesudah salat wajib adalah salat malam.” (HR Muslim no 1163).

Langkah ketiga adalah senantiasa melakukan salat sunnah Rawatib (sunnah qobliyah dan ba’diyah). Salat rawatib 12 raka'at karena Allah SWT akan berhadiah sebuah istana di surga. Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha, ia berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, barangsiapa salat dalam sehari semalam dua belas rakaat akan dibangun untuknya rumah di surga, yaitu; empat rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum salat Subuh.”(HR At-Tirmidzi).

"Shalat dua rakaat sebelum subuh, itu lebih baik daripada dunia dan segala isinya." (HR Muslim).

Langkah keempat adalah membaca Alquran, selanjutnya membaca terjemahannya. Diriwayatkan daripada Abu Umamah Radhiyallahu‘anhu, katanya, "Aku medengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bacalah Alquran karena dia akan datang pada hari Kiamat sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (Riwayat Muslim).

Allah SWT berfirman dalam surat Shad ayat 29, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan agar mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shad: 29).

Langkah kelima adalah salat dhuha, minimal 2 rakaat. Dari Abu Dzar, dari Nabi saw beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.” [HR Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah].

Langkah keenam adalah menjaga wudhu, karena Allah SWT mencintai orang-orang yang suci. "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS al-Baqarah: 222).

Kemudian hadits Rasulullah SAW, “Barangsiapa tidur di malam hari dalam keadaan suci (berwudhu) maka malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya malaikat itu akan berucap ‘Ya Allah ampunilah hamba-Mu si fulan, kerana ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci,” (HR. Ibnu Hibban).

Langkah ketujuh adalah sedekah, karena dengan sedekah, Allah SWT melipatgandakan pahala kita dan memasukkan ke dalam syurga. “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS al-Hadid:18).

“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR Bukhari no 3666, Muslim no 1027).

Langkah kedelapan adalah membaca al-ma’tusat sugra atau kubra maupun zikir-zikir lainnya yang sesuai dengan syariat. Al-Ma’tsurat merupakan doa yang berasal dari Rasulullah saw dengan sanad yang shahih. dengan doa’ al-ma’tsurat dianjurkan untuk di baca setiap pagi dan sore, insyaAllah yang membacanya akan mendapatkan berbagai macam manfaat dan mempunyai hati yang tenang. Dari Nabi saw, “Penghulu istighfar adalah Allahumma anta rabbi…’barangsiapa membacanya di siang hari yakin dengannya, kemudian mati hari itu sebelum sore hari maka dia termasuk ahli surga, dan siapa yang membaca pada malam hari yakin dengannya lalu ia mati sebelum pagi hari, maka dia termasuk ahli surga,” (HR Bukhari).

Langkah kesembilan adalah membaca asmaul husna. Firman Allah SWT, "Dan Allah mempunyai nama-nama yang baik (yang mulia) maka serulah (dan berdoalah) kepadaNya dengan menyebut nama-nama itu, dan pulaukanlah orang-orang yang berpaling dari kebenaran dalam masa menggunakan nama-namaNya. Mereka akan mendapat balasan mengenai apa yang telah mereka kerjakan." (Al-A'raf:180).

Kemudian hadits Rasulullah saw “Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu. Barang siapa memahaminya akan masuk surga.” (Sahih Bukhari-Muslim).

Langkah kesepuluh adalah berdoa’ kepada Allah SWT, kita melakukan doa’ supaya Allah mengabulkan setiap keinginan kita, dan supaya semua amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT di dalam Alqruan surat al-Mu'min ayat 60 Allah SWT berfirman, ”Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."

Kemudian hadits Rasulullah saw "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (al-Baqarah: 186).

Dalam hadits Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada sesuatu yang paling mulia bagi Allah SWT daripada doa." (HR Ahmad, Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, Tirmidzi dan Hakim, dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no 5392).

"Sesungguhnya barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya."(HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no 2418).

Pastikan selama melakukan rangkaian langkah ibadah-ibadah ini dilakukan degan niat yang ikhlas karena Allah SWT dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw kita melakukannya sepanjang hidup sampai berjumpa dengan Allah SWT yang terpenting dalam melakukan ibadah adalah istiqomah walaupun kecil. Dari ‘Aisyah binti Abi Bakr Ash-shiddiq radhiallahu anhuma berkata, Rasulullah saw bersabda :“Amalan yang lebih dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan walaupun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim). Kemudian kita melanjutkan amalan ibadah-ibadah lainnya. Semoga dengan melakukan ibadah-ibadah ini memudahkan langkah kita berjumpa dengan Allah SWT dan dimasukkan ke dalam Syurga-Nya. 

Diambil dari tulisan Dr Sayyid Quthb MA